FILOSOFI
DASAR NEGARA AMERIKA SERIKAT
A. Tinjauan Filsafat Amerika
Serikat
Filsafat pada dasarnya merupakan pernyataan secara sengaja tentang suatu
kebudayaan tertentu, kekhususan pada adat-istiadat, pola tingkah laku, ide-ide,
maupun sistem nilai. Filsafat juga bisa berarti sebagai suatu ekspresi atau
interpretasi secara objektif tentang watak nasional suatu bangsa (Dimyati,
1988:29). Amerika merupakan suatu negara yang dibentuk dari bangsa-bangsa asing
yang mendiaminya. Mereka secara sadar memilih menjadi warga negara Amerika.
Kondisi tersebut berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia, karena pada
umumnya suatu negara dibentuk dari penduduk-penduduk asli bangsanya. Perbedaan
tersebut memicu berkembangnya 2 aliran filsafat yang berlainan, yaitu
Transcendentalisme dan Pragmatisme.
Transcendentalisme
mengekspresikan hal-hal yang berkenaan dengan kebudayaan, sedangkan Pragmatisme
merupakan suatu pemikiran yang berusaha membentuk Amerika yang hidup, dinamis,
dan progresif. Kedua aliran filsafat tersebut saling tidak bersesuaian sehingga
belum ada kesepakatan tentang filsafat nasional Amerika. Meskipun demikian,
kegiatan pendidikan di Amerika tetap berpijak pada landasan kependidikan yang
berupa pemikiran kefilsafatan/keilmuwan/wawasan-wawasan lain (Dimyati, 1988).
Ada
seperangkat nilai yang merupakan sumber perilaku dan sikap orang Amerika yaitu:
1)
berorientasi pada prestasi kerja individual;
2) bekerja
atau melakukan kegiatan sebagai nilai kesusilaan;
3)
berorientasi pada efisiensi, nilai praktis, dan kegunaan;
4)
berorientasi pada masa yang akan datang sebagai suatu kemajuan, oleh karenanya
harus bekerja keras;
5) percaya
bahwa dengan rasionalitas dan ilmu pengetahuan orang akan dapat menguasai
lingkungan;
6)
berorientasi pada keuntungan material;
7)
berorientasi pada nilai kesamaan derajat di bidang kesempatan pada berbagai
bidang kehidupan; berorientasi
pada kemerdekaan; dan
9)
berorientasi pada nilai kemanusiaan,dalam arti membantu yang lemah
(Dimyati,
1988: 61-62).
Sementara itu
Garin Nugroho (dalam artikelnya yang berjudul Pemerintah tanpa Strategi
Kebudayaan) menuliskan …. “Amerika Serikat lewat filosofi kapitalis, sistem
hukum anglo saxon serta bentuk federalisnya, menjadikan strategi kebudayaannya
senantiasa mendukung pasar bebas dan partisipasi publik. Nilai-nilai keutamaan
bangsa lebih ditekankan pada nilai kompetisi, individualisme dan kerja keras,
serta etika kapitalisme, sehingga sistem pendidikannya pun lebih mengutamakan
nilai swastanisasi daripada publik”.
Salah satu
ide yang menjadi dasar filosofi pendidikan Amerika dikemukakan oleh Horace Mann
(dalam Mayer, 1966) sebagai berikut:
1) education
was to be universal for rich and poor;
2) education
was to be free;
3) education
should be handled by the state, not by ecclesiastical organizations;
4) education
depended upon carefully trained teachers;
5) education
was to train both men and women.
B. Sejarah
Kegiatan Pendidikan Amerika Serikat
Pada awal
perkembangannya persekolahan di Amerika telah dimulai sejak zaman penjajahan.
Persekolahan ketika itu bersifat elitis dan berorientasi pada agama. Masyarakat
yang berada pada lapisan sosial-ekonomi bawah hanya boleh mengenyam pendidikan
di “sekolah ibu”, yaitu suatu sekolah yang mengajarkan membaca, menulis,
berhitung, dan agama. Sedangkan masyarakat pada lapisan sosial-ekonomi atas
dipersiapkan untuk menjadi pemimpin gereja, pemimpin masyarakat, ataupun
pemimpin negara melalui sekolah latin dan colleges. Pada masa itu anak wanita
tidak mempunyai kebebasan untuk bersekolah —suatu bentuk nyata diskriminasi
gender yang terjadi di banyak negara yang sedang terjajah— (Dimyati, 1988).
Rakyat
Amerika berhasil memperoleh kemerdekaannya dan membentuk negara Amerika Serikat
pada 4 Juli 1776. Iklim kemerdekaan ini berdampak pada perubahan pola
pendidikan di Amerika. Pendidikan yang bersifat elitis diubah. Pada masa ini
muncullah gerakan Public School yang bersifat terbuka untuk semua anak kulit
putih baik pria maupun wanita. Public School dibentuk dan dirancang untuk
membentuk kompetensi dan keterampilan dasar warga negara. Upaya pengembangan
Public School telah menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat.
Sebagian
masyarakat setuju dengan campur tangan dan intervensi pemerintah dalam pengembangan
Public School, namun sebagian lagi menolaknya. Kelompok masyarakat yang kontra
tersebut berpendapat bahwa campur tangan pemerintah justru akan menghambat
perkembangan Public School itu sendiri. Kegiatan pendidikan di Amerika tidak
terhenti sampai disini saja. Sejarah panjang mewarnai kegiatan pendidikan di
negeri Paman Sam tersebut.
Tiga periode
reformasi pendidikan berikut ini akan mengisi catatan panjang sejarah
pendidikan Amerika. Ketiga periode reformasi pendidikan tersebut adalah gerakan
sekolah umum pada tengah abad 19, alam progressive pada awal abad 20, dan
gerakan fermentaso generasi terakhir. Setiap periode selalu mempertanyakan dan
mengubah pola-pola pendidikan yang telah ada.
Pada abad 19
Public School tersebar luas di seluruh Amerika, namun ironisnya tenaga pendidik
dan fasilitas-fasilitas penunjang pendidikan ketika itu sangat minim. Dalam
perkembangan selanjutnya, terjadilah reformasi di bidang pendidikan yang
berhasil memunculkan gerakan yang bisa mempersatukan kelompok-kelompok sosial
yang berbeda keinginannya. Keberhasilan gerakan tersebut mendukung perkembangan
Public School.
Pada tengah
abad 19 ini Public School dirancang untuk memberikan pendidikan dasar umum
sehingga lulusannya diharapkan mampu berpartisipasi dalam kehidupan politik dan
dapat memasuki dunia kerja. Pada zaman progressive terjadi sentralisasi
pengawasan dan elaborasi dalam sistem pendidikan Common School. Para ahli
pendidikan menggunakan kekuatan negara untuk memperkuat posisi, misalnya untuk
memperoleh sertifikasi, dana, standarisasi fasilitas dan kurikulum.
Pada masa ini
muncul pemikiran bahwa Common School tidak hanya membekali siswanya dengan
pendidikan dasar di bidang 3 R (reading, writing, aritmathic) dan pendidikan
moral saja, tetapi juga diharapkan mampu menyiapkan siswa secara langsung agar
dapat melakukan peranan dalam hidup bermasyarakat, sehingga disini sekolah
merupakan suatu lembaga yang menjadi pintu gerbang untuk mengarahkan siswa ke
arah dunia kerja. Gerakan fermentaso generasi terakhir dalam sejarah pendidikan
Amerika diawali pada 1958 sampai tengah tahun 1970-an.
Pada masa ini
terjadi reformasi di bidang pendidikan yang berciri lebih menekankan fungsi
daripada tujuan pendidikan. Sentralisasi kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan semakin bertambah sebagai akibat dari reformasi pendidikan tersebut.
Dalam perkembangan selanjutnya, organisasi-organisasi guru tumbuh, makin
berpengaruh, dan memperoleh kekuatan politik. Hal itu menyebabkan guru bersatu
untuk menuntut perbaikan ekonomi dan sosial. Pada awal tahun 1980-an peminat
public school merosot. Ketika itu public school menghadapi suatu krisis
kepercayaan umum dan moral profesional yang rendah. Masyarakat menghendaki
terjadinya perubahan-perubahan pada public school, namun para pengambil keputusan
seringkali kurang memahami public education itu sendiri, sehingga mereka tidak
dapat menentukan prioritas untuk memperbaiki lembaga ini (public school).
Reformasi
datang dan pergi silih berganti, tetapi pemecahan rasional yang dilakukan tidak
menggarap masalah yang sebenarnya (Dimyati, 1988).
C. Kegiatan
Agama dan Ekonomi dalam Kaitannya dengan Pendidikan di Amerika Serikat
Pada tahun
1950-an masyarakat Amerika dikenal sebagai masyarakat yang religius. Kondisi
tersebut terus berlangsung hingga tahun 1980-an. Kelompok-kelompok agama dan
para pemimpin agama tetap mendukung gaya kapitalisme masyarakat Amerika dan
mengecam humanisme sekuler. Terbukti bahwa agama masih mempunyai pengaruh yang
kuat dalam memberikan dukungan sosial dan mekanisme kontrol sosial (Dimyati,
1988:64).
Kegiatan
pendidikan di Amerika Serikat merupakan suatu usaha besar-besaran. Hal tersebut
tercermin pada anggaran belanja pendidikannya yang sangat besar (berbeda dengan
Indonesia yang hanya menganggarkan sedikir saja APBN nya untuk pos pendidikan).
Di Amerika Serikat pembiayaan public school berasal dari pemerintah lokal,
pemerintah negara bagian (sumber utama untuk memperbaiki public education), dan
pemerintah federal, yang ketiganya diperoleh melalui pajak. Mengingat kegiatan
pendidikan dibiayai dari pajak, maka para pembayar pajak akan mempengaruhi
bagaimana dan untuk apa saja uang digunakan dalam kegiatan pendidikan.
Pembaharuan pendidikan pada public education merupakan hal yang disoroti secara
tajam oleh para pembayar pajak dan para peminat pendidikan, disamping
pemerintah Amerika Serikat (Dimyati, 1988:71-73).
D. Bagaimana
Pendidikan Amerika Serikat Bisa Ditingkatkan?
Bruce Joyce
dalam bukunya yang berjudul Improving America’s Schools mengemukakan 3 tahap
untuk mengembangkan sekolah atau yang sering dikenal sebagai The Three Rs
(Refinement, Renovation, Redesign).
Refinement
merupakan upaya untuk menggagas atau mempersiapkan suatu proses. Dalam tahap
ini secara garis besar ada 3 kegiatan yang bisa dilakukan yaitu:
1)
mengorganisasikan pihak-pihak yang bertanggungjawab atas sekolah guna
mempelajari program dan lingkungan sekolah;
2)
menggunakan kriteria efektif sebelum memulai pendidikan di sekolah; dan
3)
mengembangkan iklim sosial pendidikan.
Renovation
merupakan upaya untuk membangun suatu proses. Kegiatan yang bisa dilakukan
dalam tahap ini antara lain:
1)
memperluas pengembangan scope;
2)
pengembangan staff;
3)
mengembangkan area kurikulum.
Sedangkan
Redesign merupakan upaya untuk memperluas scope. Dalam tahap terakhir ini
kegiatan yang bisa dilakukan adalah:
1)
menyelidiki misi sekolah;
2)
mempelajari teknologi;
3)
menyelidiki dengan teliti struktur organisasi; dan
4)
membuat rencana pengembangan jangka panjang.
Sementara itu
dalam buku yang berjudul Education in America — editor oleh Charles P. Cozic —
disajikan beberapa sudut pandang yang saling bertentangan dari para praktisi
dan pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan peningkatan pendidikan di Amerika Serikat. Berikut ini beberapa sudut pandang
yang saling bertolak-belakang tersebut.
FILOSOFI
DASAR NEGARA MALAYSIA
Pada zaman ini Sistem
Pendidikan Nasional dikemas sejalan dengan perkembangan dunia teknologi
informasi. Dengan mempertimbangkan berbagai perubahan dan tantangan abad ke-21,
peningkatan dan pemantapan sistem pendidikan diperlihatkan dalam hukum,
kebijakan dan program utama. Perubahan paling signifikan dalam sejarah
perkembangan pendidikan negara adalah pendirian Departemen Pendidikan Malaysia
(KPTM) pada tahun 2004. Dengan pembagian ini KPM dipertanggungjawabkan kepada
pembangunan pendidikan prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, matrikulasi
dan pendidikan guru. Falsafah Pendidikan Negara (FPN) Malaysia telah disusun
berdasarkan dokumen-dokumen dasar dan ideologi negara. Rukun Negara adalah
ideologi nasional Malaysia yang dibentuk pada tanggal 31 Agustus 1970 oleh
Dewan Gerakan Negara yaitu setahun setelah terjadinya tragedi 13 Mei 1969 yang
menghancurkan persatuan dan ketentraman negara. Kini FPN dikenal sebagai
Filsafat Pendidikan Kebangsaan (FPK). FPK yang dinyatakan berikut akan
menentukan arah haluan, dasar dan sumber inspirasi kepada semua usaha dan
rencana dalam bidang pendidikan. Dari sudut sejarah, filsafat pendidikan negara
lahir dari proses yang agak panjang yaitu satu proses pembangunan bangsa dan
negara Malaysia sejak merdeka lagi. Adapun falsafah pendidikan Malaysia adalah
falsafah kebangsaan berbunyi sebagai mana berikut: Pendidikan di Malaysia
adalah suatu usaha berkelanjutan ke arah mengembangkan potensi individu secara
menyeluruh dan terpadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari
segi intelek, rohani, emosi, dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan
kepada Tuhan. Usaha ini adalah untuk melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu
pengetahuan, terampil, berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan mampu memimpin
rakyatnya mencapai kesejahteraan diri dan memberi kontribusi terhadap
keharmonisan dankemakmuran keluarga, masyarakat, dan Negara. Filsafat
Pendidikan Kebangsaan bersifat eklektisisme, yaitu gabungan antara filsafat
tradisional dan filsafat progresif. Filsafat pendidikan negara mencakup 19
filsafat aliran epistemologi, metafisika dan aksiologi yang juga secara
langsung meliputi filsafat dealisme, realisme, perenilaisme, progresivisme dan
eksistensialisme. Filsafat Pendidikan Kebangsaan disusun dari usaha berpikir
yang rasional dan kritis, berlandaskan dari ideologi negara sebagaimana yang
telah dimanifestasikan dalam Laporan dan Kebijakan Pendidikan, termasuk Rukun
Negara. Filsafat Pendidikan Kebangsaan ini mengambil inspirasi dari proses
pembangunan bangsa dan negara yang agak panjang. Apa yang digariskan dalam
filsafat ini juga sangat berkaitan dengan perkembangan dunia Islam dan
pembangunan negara Malaysia. Pendidikan di Malaysia bertujuan mengembangkan
potensi individu secara menyeluruh dan terpadu untuk mewujudkan insan yang
seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi, dan jasmani,
berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. Tujuan ini dimaksudkan agar
dapat melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan berketerampilan,
berakhlak mulia, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan negara.
FILOSOFI
DASAR NEGARA MESIR
Mesir yang terkenal
dengan sebutan ardhul anbiyâ (negeri para nabi), memang telah menjadi kiblat
keilmuan keislaman dunia. Di samping mempunyai segudang peradaban, negeri
seribu menara ini juga merupakan gudang segala ilmu. Negara ini seakan memiliki
magnet tersendiri. Terbukti, Mesir telah memikat jutaan hati para pelajar dari
berbagai penjuru dunia untuk menimba ilmu di sana. Tentunya, semua ini tak
lepas dari peran al-Azhar: pusat pendidikan tertua yang telah melahirkan banyak
ulama dunia. Pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan
masyarakat bangsa tertentu. Karena itu diperlukan landasan dan asas-asas
tertentu dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan
pendidikan yang sangat memegang peranan penting dalam membentuk tujuan
pendidikan adalah landasan filosofis. Abduh Ibnu Hasan Khairullah, filosofi
islam di Mesir mengemukakan bahwa pendidikan bertujuan mendidik akal dan jiwa
serta mengembangkannya hingga batas-batas yang memungkinkan anak didik mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Proses pendidikan dapat membentuk
kepribadian muslim yang seimbang, pendidikan tidak hanya mengembangkan aspek
kognitif (akal) tapi perlu menyelaraskan afektif (moral) dan psikomotorik
(keterampilan). Filosofi Islam dari Mesir, Muhammad Abduh mengemukakan bahwa
pendidikan bertujuan mendidik akal dan jiwa serta mengembangkannya hingga
batas-batas yang memungkinkan anak didik mencapai kebahagian hidup di dunia dan
akhirat. Proses pendidikan dapat membentuk kepribadian muslim yang 24 seimbang,
pendidikan tidak hanya mengembangkan aspek kognitif (akal) semata tapi perlu
menyeleraskan dengan aspek afektif (moral) dan psikomotorik (keterampilan).
Oleh sebab itulah baru-baru ini terdengar isu bahwa menteri pendidikan Mesir
Ahmed Zaki Badr akan merubah kurikulum tahun akademik 2011/2012 dengan
menambahkan pelajaran tentang “etika”. Secara historis, modernisasi pendidikan
di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan Perancis ini,
memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan
modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan.
FILOSOFI
DASAR NEGARA JEPANG
Peraturan pendidikan di
Jepang dapat dibedakan dalam dua periode, yaitu sebelum dan sesudah perang
Dunia II. Sebelum perang, kebijakan pendidikan yang berlaku adalah Salinan
Naskah Kekaisaran tentang Pendidikan (Imperial Rescript on Education).
Dinyatakan bahwa para leluhur Kaisar terdahulu telah membangun Kekaisaran
dengan berbasis pada nilai yang luas dan kekal, serta menanamkannya secara
mendalam dan kokoh. Materi pelajarannya dipadukan dalam bentuk kesetiaan dan
kepatuhan dari generasi ke generasi yang menggambarkan keindahannya (Arifin,
2003: 89). Itulah kejayaan dari karakter Kaisar, dan ia juga telah
mengendalikannya dengan sumber-sumber berpendidikan. Pendidikan hendaknya mampu
mengafiliasikan seseorang kepada orang tuanya, suami isteri secara harmoni,
sebagai sahabat sejati, menjadi diri sendiri yang sederhana dan moderat,
mencurahkan kasih sayang kepada semua pihak, serta menuntut ilmu dan memupuk
seni. Dari situlah pendidikan tersebut dapat mengembangkan daya intelektual dan
kekuatan moralnya yang sempurna, selalu menghormati konstitusi, dan menjalankan
hukum. Dalam kondisi darurat sekalipun, diharapkan dapat 25 mempersembahkan
keberanian demi negara, melindungi dan menjaga kesejahteraan istana Kaisar
seusia langit dan bumi. Maka, tidaklah menjadi orang yang baik dan setia
semata, melainkan mampu melanjutkan tradisi leluhur yang amat mulia. Pada Maret
1947 juga berlaku Hukum Dasar Pendidikan (Fundamental Law of Education) yang
pada hakekatnya merupakan statement filsafat pendidikan demokratis atau aliran
filsafat pendidikan rekontruksionisme yang dalam banyak hal berbeda dengan
Imperial Rescript on Education. Misalnya, dalam hubungan antara warga dengan
negara, dalam setiap warga memiliki kewajiban untuk mengembangkan daya
intelektual dan moral mereka, melaksanakan hukum dan mempersembahkan
keberaniannya demi negara untuk melindungi dan menjaga kesejahteraan istana
Kaisar. Sedangkan dalam Fundamental Law of Education disebutkan bahwa, Setiap
warga memiliki kesempatan yang sama menerima pendidikan menurut kemampuan
mereka, bebas dari diskriminasi atas dasar ras, jenis kelamin, status sosial,
posisi ekonomi, asal usul keluarga, bantuan finansial, bagi yang memerlukan,
kebebasan akademik, dan tanggung jawab untuk membangun negara dan masyarakat
yang damai. Perbedaan yang lain adalah mengenai tujuan pendidikan. Dalam
Imperial Rescript on Education disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk
meningkatkan kesetiaan dan ketaatan bagi Kaisar agar dapat memperoleh persatuan
masyarakat di bawah ayah yang sama, yakni Kaisar. Adapun tujuan pendidikan
menurut Fundamental Law of Education adalah untuk meningkatkan perkembangan
kepribadian secara utuh, menghargai nilai-nilai individu, dan menanamkan jiwa
yang bebas.
FILOSOFI
DASAR NEGARA CHINA
China memiliki
tradisi filsafat yang
tua dan indepeden. Lingkungan budaya cina berlainan dengan Eropa, India, dan
Arap, mengahsilakan perbedaan gagasan, keyakinan, dan cara pikir kebudayaan
lain. Perbedaan-perbedaan itu sekaligus memunculkan perbedaan dalam sifat dan
konsep filsafat cina.
Pada awalnya filsafat cina merupakan ajran-ajaran yang
diyakini sebagai penuntun hidup individu dan masyarakat. Peran ajaran-ajaran
itu dapat disertakan dengan agama. Ajaran-ajaran Confucius, misalnya pada
awalnya merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus
berperilaku. Ajaran-ajaran ini diterima sebagai agama, ajaran-ajaran Confucius,
misalnya pada awalnya merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagimana manusia
berperilaku. Ajaran-ajaran ini diterima sebagai suatu kepercayaan, suatu dogma
yang diterima kebenaranya. Namun memasuki masa sekarang ajaran itu mulai
dipertanyakan, dianalisis, dikembangkan, dan diterapkan pada berbagai bidang
kehidupan masyarakat modern dinamika pembahasan ajaran-ajaran itu menjadi
semacam lahan pemikiran yang subur. Menjelmalah ajaran-ajaran itu menjadi
filsafat, meskipun masih banyak ahli filsafat yang keberatan untukmengolongkan
ajaran-ajaran cina menjadi filsafat.
Menurut Olsen 1984 , salah satu konsep dalam filsafat
cina yang amat penting dan menonjol Dao yang menjadi dasar; Konfucianisme,
Daoisme, dan Chan.
Keterangan tentang terbentuknya alam semesta menurut
alam semesta dalam pemikiran Cina terdapat dalam kitap Yi Jing. Kitap ini
menunjukan dan menjadi rujukan utama untuk memahami konsep kosmologi. Di
dalamnya juga terdapat penjelasan tentang Dao dan kaitanya dengan hukum alam.
Menurut salah satu penafsiran terhadap kitap Yi Jing
pada awalnya kehampaan saat belum ada dunia, belum ada apa-apa. Untuk sekian
waktu yang ada hanyalah kehampaan serta kekosongan. Ada juga yang menyebutkan
masa ini sebagai dunia pikiran. Kehamparan lalu disusul oleh kekacauan.
Tiba-tiba menjadi tidak teraturan. Kehampaan berganti dengan kekacauan dengan
tingkatan tinggi. Setelah terjadi kekacauan munculah gas yang disusul oleh
energi, serta materi Qi. Gas dan materi ini tidak memiliki bentuk yang jelas
bergerak secara bebas saling bertabrakan dan menimbulkan keteraturan hukum alam
atau azas alam(Li). Hukum ini mengatur materi yang tersebar di alam namun
belumlah sempurna dan hanya berupa benda langit secara umum saja. Perubahan
(Yi) terjadi untuk menyempurnakan alam pembentukanya benda-benda alam.
Fungsi dari alam semesta mencapai kesempurnaan setelah
mencapai atau munculnya Tai ji yang merupakan perpaduan unsur ying dan yang.
Perpaduan unsur ini yang menjadikan alam menajdi seimbang dan harmonis. Tai Ji
ada dimana saja dalam alam ini. Yin mengandung sifat-sifat ; diam, beku, padat,
gelap, betina, dingin, menyerap, lembut. Dan sifat Yan merupakan gerak,cair,
terang, jantan, panas, menentang, keras, dan gerak.
Tai Ji memunculkan 5 unsur alam pembentuk dunia dan
isinya. Kelima unsur alam itu adalah api, air, tanah, logam, dan kayu.
Perbedaan kosentrasi dan serajat lima unsur itu menyebabkan adanya perbedaan
pada benda-benda.Derajat dan kosentrasi lima unsur pada manusia berbeda dengan
pada hewan atau benda lainya.
Dengan adanya Tai ji yang mengandung Yin-Yang alam
semesta dapat mengatur dirinya, pada dasarnya alam semesta dapat mengatur
dirinya secara harmoni. Cara kerja alam selalu mengutamakan keharmonian. Jika
ada kekacauan, maka penyebabnya adalah manusia karena alam semesta mengandung
kebaikan dan harmonisasi
FILOSOFI
DASAR NEGARA JERMAN
Buku “German Ideology”
menawarkan basis filsafat yang unik dari seorang Karl Marx. Di sini, terukir jelas
kecenderungan materialisme Marx yang ia ambil dari pengaruh Ludwig Feuerbach.
Bahwa manusia adalah makhluk yang berproduksi dan berhubungan sosial, bahwa
sejarah adalah sebuah proses manusia berproduksi untuk mempertahankan hidup,
dan bahwa realitas yang nampak itu sebenarnya adalah realitas yang terlihat,
bukan konstruksi gagasan yang diejawantahkan dari alam pikir manusia ke
kehidupan sehari-hari.
Marx mengawalinya dengan kritik tajam terhadap tradisi
filsafat Jerman Hegelian yang dinilainya mengalir dari surga ke bumi.
Akibatnya, pergulatan hanya terjadi pada alam pikir dan melupakan basis
realitas. Feuerbach dan filsafat materialime justru sebaliknya, bertitik pijak
dari realitas sosial. Akan tetapi, dalam pembahasannya mengenai sejarah,
konsepsi dialektika yang menjamin progresifitas aksi dielaborasi dengan
produksi dan hubungan sosial yang materialistik. Ini yang mengerangkai konsepsi
berpikir Marx tentang dunia.
Basis material itu yang mendeterminasi adanya hal-hal
lain yang sifatnya bergugus dari alam pikir, seperti ideologi, agama, politik,
budaya, atau yang lain. Hubungan antara produksi dengan hal-hal tersebut
digambarkan dalam hubungan yang deterministik, antara basic dengan
superstructure. Dalam struktur masyarakat industrial, problem terjadi pada
struktur yang borjuistik. Struktur tersebut dinilai oleh Marx sebagai struktur
yang alienatif, atau berdiri di atas penindasan manusia atas manusia yang lain.
Kuncinya terdapat pada hak-milik pribadi. Adanya hak-milik kemudian menjadikan
manusia yang menguasai faktor produksi –sebagai ruling class— mempekerjakan
manusia yang lain dalam spectrum hubungan yang mekanistik. Akibatnya, manusia
menjadi terasing dari manusia lain karena kehilangan kesempatan untuk
berproduksi secara otonom. Keterasingan (alienasi) inilah yang kemudian
melahirkan kaum proletariat –mereka yang tidak memiliki hak-milik dan
tertindask oleh struktur yang alienatif tadi.
Ironisnya, negara dan hukum, yang idealnya menjadi
alat untuk mengejawantahkan fungsi keadilan— justru didomplengi oleh
kepentingan kaum borjuis, karena struktur negara tidak berpihak pada kaum
proletar. Hukum dan politik menjadi ilusionis, karena mereka hanya melayani
kepentingan kaum borjuis yang menentukan keuangan negara. Semua hal tersebut
berakar dari pembagian kerja yang sangat bertumpu pada hak-milik pribadi.
Selama hak-milik pribadi tetap mendeterminasi pembagian kerja, hegemoni borjuis
akan tetap eksis. Konsekuensinya., kaum proletariat tetap menjadi kelompok tak
berpunya.
Oleh karena itu, Marx memperkenalkan komunisme sebagai
jalan untuk mengembalikan basis produksi dan hubungan sosial yang humanis
sebagai nature manusia. Keterasingan harus dihilangkan karena menyalahi nature.
Jalannya, di tengah masyarakat yang borjuistik, adalah revolusi proletariat.
Kaum proletar menjadi tumpuan utama karena kondisi yang antagonis dengan
majikan-majikan mereka, sehingga dapat meraih kesadaran yang luas untuk
perjuangan kelas. Basis kelas sebagai titik tolak revolusi kemudian ditujukan
untuk meraih tujuan komunisme, yaitu mengembalikan hakikat manusia yang
dirampas oleh proses borjuistik.
Pada buku ini, Marx menggeser basis filsafat Idealisme
a la Hegel yang sangat idealistik ke arah realitas sosial. Hal yang menarik,
pergeseran ini menyebabkan filsafat Marx tidak dipenuhi oleh abstraksi yang
penuh penalaran, tetapi justru pada analisisnya yang kuat pada realitas. Sangat
identik Feuerbach. Ini mempengaruhi analisis-analisis Marx pada tulisan-tulisan
selanjutnya. Sehingga, Marx menutup dengan sebuah pesan sederhana: hanya
revolusi dan perubahan sosial yang mengakar-lah yang akan memandu kita,
menemukan masyarakat yang baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar