Kamis, 10 Maret 2016

Makalah Gepeng dan Perempuan Malam

MAKALAH 
Gembel dan Pengemis (GEPENG) dan Perempuan Malam 






Di Susun Oleh :
Farah Diba Az-Zahra      (52415481)



Teknik Informatika
Universitas Gunadarma
2016






                                                 
KATA PENGANTAR

            Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan islam kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman.Penyusunan makalah ini bertujuan untuk.
Mengangkat permasalahan - permasalahan tentang kehidupan sikap dan perilaku sosial kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung makalah ini.
Dengan menyelesaikan makalah ini ini, tidak jarang penyusun menemui kesulitan. Namun penyusun sudah berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikannya, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca yang sifatnya membangun untuk dijadikan bahan masukan guna penulisan makalah yang akan datang sehingga menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.





                                                                                                                        PENYUSUN





                                                                                                                                               


Daftar Isi


Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gelandangan dan Pengemis.................................................... 2
a. Ciri-ciri Gelandangan dan Pengemis (GEPENG)……………….. 3
2.2 Pengertian Perempuan Malam………………….........................……….. 5
a. Pelacuran Menurut Agama………………………………………..6
b. Faktor-faktor pendukung perilaku seks pada remaja…………….7
 c. Ciri khas perempuan malam……………………………………..8
d. Faktor-faktor penyebab adanya perempuan malam/
PSK (pekerja seks komersial)……………………………………….9

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 10
3.2 Saran.............................................................................................................. 11
Daftar Pustaka...................................................................................................... 12






BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
            Pekerjaan GePeng dan perempuan malam di kalangan masyarakat cukup banyak digeluti berbagai manusia mulai dari kalangan anak anak , remaja , dewasa , hingga orang tua. Pekerjaan tersebut digeluti dan diminati karna cukup banyak menguntungkan untuk mendapatkan pundi – pundi rupiah, oleh karna itu mereka selalu bekerja keras tiap hari untuk mendapatkan uang yang banyak agar dapat memenuhi tuntutan ekonomi kehidupan keluarga mereka masing – masing, sebenarnya mereka melakukan pekerjaan tersebut sangat amat terpaksa , karna mereka tau mereka bukan orang yang kaya , yang segala kebutuhannya berlebih, bukan juga orang yang berkehidupan mewah yang bisanya hanya berfoya – foya bersama teman atau keluarganya, bukan juga orang yang serba ada yang ingin ini itu langsung terpenuhi, mereka hanya GePeng dan prempuan malam yang kesehariannya yang selalu banting tulang untuk keluarga demi sesuap nasi, dikalangan Masyarakat GePeng dan prempuan malam selalu menjadi bahan perbincangan dan selalu dipandang sebelah mata oleh masyarakat setempat karna pekerjaannya yang tak layak untuk dikerjakan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi gelandangan dan pengemis (gepeng) dan perempuan malam ?
2. Bagaimana proses penanganan gelandangan dan pengemis dan perempuan malam ?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk menyelesaikan tugas Ilmu Sosial Dasar.
2. Untuk mengetahui masalah yang ada dijalanan.

1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis, sebagai sarana menambah pengetahuan mengenai apa itu gepeng dan perempuan malam.
2. Bagi pembaca, sebagai sumber pengetahuan mengenai dunia politik selain buku-buku pelajaran lainnya
3. Sebagai gambaran dan acuan agar dapat lebih baik lagi dalam menyelesaikan makalah pada waktu yang akan datang.
                                                                                                                                                           



                                                                BAB II
PEMBAHASAN
         
2.1. PENGERTIAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS

1. Menurut Departemen Sosial R.I (1992), gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-normakehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidakmempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu  dan hidup mengembara di tempat umum. “Pengemis” adalah orang-orang yang mendapat penghasilan dari meminta-minta di muka umumdengan berbagai alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang.
2. Menurut PP No. 31 Tahun 1980, Gelandangan adalah orang-orang yanghidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layakdalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai pencaharian dantempat tinggal yang tetap serta hidup mengembara ditempat umum.Sedangkan Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkanpenghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagaicara dan alasan untuk mengharap belas kasihan orang lain.
3. Ali, dkk,. (1990) menyatakan bahwa gelandangan berasal darigelandang yang berarti selalu mengembara, atau berkelana (lelana).Mengutip pendapat Wirosardjono maka Ali, dkk., (1990) jugamenyatakan bahwagelandangan merupakan lapisan sosial, ekonomidan budaya paling bawah dalam stratifikasimasyarakat kota. Denganstrata demikian maka gelandangan merupakan orang-orang yang tidakmempunyai tempat tinggal atau rumah dan pekerjaan yang tetap ataulayak, berkeliaran di dalam kota, makan-minum serta tidur di sembarangtempat.
4. Menurut Muthalib dan Sudjarwo dalam Ali, dkk., (1990) diberikan tigagambaran umum gelandangan, yaitu :
(1) sekelompok orang miskin ataudimiskinkan oleh masyaratnya,
(2) orang yang disingkirkan darikehidupan khalayak ramai, dan
(3) orang yang berpola hidup agarmampu bertahan dalam kemiskinan dan keterasingan.
5. Istilah gelandangan berasal dari kata gelandangan, yang artinya selaluberkeliaran atau tidak pernah              mempunyai tempat kediaman tetap(Suparlan, 1993 : 179). Pada umumnya para gelandangan adalah kaumurban yang berasal dari desa dan mencoba nasib dan peruntungannyadi kota, namun tidak didukung oleh tingkat pendidikan yang cukup,keahlian pengetahuan spesialisasi dan tidak mempunyai modal uang.Sebagai akibatnya, mereka bekerja serabutan dan tidak tetap,terutamanya di sektor informal, semisal pemulung, pengamen danpengemis. Weinberg (1970 : 143-144) menggambarkan bagaimanagelandangan dan pengemis yang masuk dalam kategori orang miskin diperkotaan sering mengalami praktek diskriminasi dan pemberian stigmayang negatif. Dalam kaitannya dengan ini, Rubington & Weinberg (1995: 220) menyebutkan bahwa pemberian stigma negatif justru menjauhkanorang pada kumpulan masyarakat normal.Dengan mengutip definisi operasional Sensus Penduduk makagelandangan terbatas pada mereka yang tidak memiliki tempat tinggal yangtetap, atau tempat tinggal tetapnya tidak berada pada wilayah pencacahan.Karena wilayah pencacahan telah habis membagi tempat hunian rumahtinggal yang lazim maka yang dimaksud dengan gelandangan dalam hal iniadalah orang-orang yang bermukim pada daerah daerah bukan tempat tinggaltetapi merupakan konsentrasi hunian orang-orang seperti di bawah jembatan,kuburan, pinggiran sungai, emper took, sepanjang rel kereta api, taman,pasar, dan konsentrasi hunian gelandangan yang lain.Pengertian gelandangan tersebut memberikan pengertian bahwamereka termasuk golongan yang mempunyai kedudukan lebih terhormatdaripada pengemis. Gelandangan pada umumnya mempunyai pekerjaantetapi tidak memiliki tempat tinggal yang tetap (berpindah-pindah). Sebaliknyapengemis hanya mengharapkan belas kasihan orang lain serta tidak tertutupkemungkinan golongan ini mempunyai tempat tinggal yang tetap.Dengan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwaGelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuaidengan kehidupan normal yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidakmempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu danhidup mengembara di tempat umum serta mengganggu Ketertiban,Kebersihan dan Keindahan. Sedangkan Pengemis adalah orang-orang yangmendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharap belas kasihan dari orang lainserta mengganggu ketertiban umum.

a. Ciri-ciri Gelandangan dan Pengemis (GEPENG):

1. Tidak memiliki tempat tinggal.Kebanyakan dari gepeng dan pengemis ini tidak memiliki tempathunian atau tempat tinggal. Mereka biasa mengembara di tempatumum. Tidak memiliki tempat tinggal yang layak huni, seperti di bawahkolong jembatan, rel kereta api, gubuk liar di sepanjang sungai,emper toko dan lain-lain
2. Hidup di bawah garis kemiskinan.Para gepeng tidak memiliki penghasilan tetap yang bisa menjaminuntuk kehidupan mereka ke depan bahkan untuk sehari-hari merekaharus mengemis atau memulung untuk membeli makanan untukkehidupannya.
3. Hidup dengan penuh ketidakpastian.Para gepeng hidup mengelandang dan mengemis di setiap harinya.Kondisi ini sangat memprihatikan karena jika mereka sakit merekatidak bisa mendapat jaminan sosial seperti yang dimiliki oleh pegawainegeri yaitu ASKES untuk berobat dan lain lain.
4. Memakai baju yang compang camping.Gepeng biasanya tidak pernah menggunakan baju yang rapi atauberdasi melainkan baju yang kumal dan dekil.
5. Tidak memiliki pekerjaan tetap yang layak, seperti pencaripuntungrokok, penarik grobak.
6. Tuna etika, dalam arti saling tukar-menukar istri atau suami,kumpulkebo atau komersialisasi istri dan lain-lainnya.
7. Meminta-minta di tempat umum. Seperti terminal bus, stasiunkeretaapi, di rumah-rumah atau ditoko-toko.
8. Meminta-minta dengan cara berpura-pura atau sedikit memaksa,disertai dengan tutur kata yang manis dan ibah.Namun secara spesifik, Karakteristik Gepeng dapat dibagi menjadi :

A.  Karakteristik Gelandangan :

1. Anak sampai usia dewasa (laki-laki/perempuan) usia 18-59 tahun,tinggal di sembarang tempat dan hidup mengembara ataumenggelandang di tempat-tempat umum, biasanya di kota-kota besar.
2. Tidak mempunyai tanda pengenal atau identitas diri, berperilakukehidupan bebas/liar, terlepas dari norma kehidupan masyarakat padaumumnya.
3. Tidak mempunyai pekerjaan tetap, meminta-minta atau mengambilsisa makanan atau barang bekas.

B. Karakteristik Pengemis :

1. Anak sampai usia dewasa (laki-laki/perempuan) usia 18-59 tahun.
2. Meminta-minta di rumah-rumah penduduk, pertokoan, persimpangan jalan (lampu lalu lintas), pasar, tempat ibadah dan tempat umumlainnya.
3. Bertingkah laku untuk mendapatkan belas kasihan ; berpura-purasakit, merintih dan kadang-kadang mendoakan dengan bacaan-bacaan ayat suci, sumbangan untuk organisasi tertentu.
4. Biasanya mempunyai tempat tinggal tertentu atau tetap, membaurdengan penduduk pada umumnya.Menurut Soetjipto Wirosardjono mengatakan ciri-ciri dasar yangmelekat pada kelompok masyarakat yang dikatagorikan gelandangan
adalah:”mempunyai lingkungan pergaulan, norma dan aturan tersendiri yang
berbedadengan lapisan masyarakat yang lainnya, tidak memliki tempattinggal, pekerjaandan pendapatan yang layak dan wajar menurut yang berlakumemiliki sub kultur khas yang mengikat masyarakat tersebut.


2.2 Pengertian Perempuan Malam (PSK)

           Perempuan Malam adalah seseorang yang menjual jasanya untuk melakukan hubungan seksual demi uang. Di Indonesia Wanita Malam (pekerja seks komersial) sebagai pelaku wanita pemikat lelaki hidung belang untuk memuaskan nafsu birahinya. Ini menunjukkan bahwa prilaku perempuan Wanita Malam itu sangat begitu buruk,  hina dan menjadi musuh masyarakat.Mereka kerap dihina, dicaci maki, bahkan jadi cemohan bagi semua orang yang benci terhadap mereka. Bila tertangkap aparat penegak ketertiban,mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka direhabilitasi dan diberikan penyuluhan. Pekerjaan Seks Komersial sudah dikenal di masyarakat sejak berabad lampau, ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa kemasa.
Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, namun toh dibutuhkan (evil necessity).

     a. Pelacuran Menurut Agama

          Pekerja seks komersial sangat diharamkan didalam setiap agama karena bisa merusak moral maupun mengakibatkan hal yang negatif.
Pandangan Agama Islam mengenai pelacuran
Pelacuran dalam Islam adalah haram hukumnya dan berdosa besar. Islam juga melarang berkahwin dengan pelacur:
Dalam hal ini ada suatu riwayat yang diceriterakan oleh Murtsid dari Abu Murtsid, bahwa dia minta izin kepada Nabi untuk kahwin dengan pelacur yang telah dimulainya perhubungan ini sejak zaman jahiliah, namanya: Anaq. Nabi tidak menjawabnya sehingga turunlah ayat yang berbunyi:
Lelaki tukang zina tidak (boleh) kahwin, melainkan dengan perempuan penzina dan musyrik, dan perempuan penzina tidak (boleh) kahwin,melainkan dengan lelaki penzina atau musyrik.Yang demikian diharamkan atas orang-orang mukmin.(Al-Quran Surah An-Nur:3) Kemudian baginda bacakan ayat tersebut dan berkata: "Jangan kamu kahwin dengan dia" (hadis riwayat Abu Daud,An-Nasa'i dan Tarmiz

Pandangan Agama Hindu
Dalam pandangan umat Hindu pelacuran sangat sangat dilarang, kerana dalam Hinduisme, tubuh wanita itu ibarat susu kehidupan bagi generasi berikutnya, mereka yang menjual dan membeli susu kehidupan dalam pandangan hindu hukumnya adalah kutukan seumur hidup. Dalam Veda(kitab agama Hindu) sendiri yang merupakan kitab suci umat hindu pelacuran disebutkan sebagai sesuatu yang selain dipantangkan juga akan mendapatkan kutukan sebanyak 7 keturunan.


Pandangan Agama Buddha
Dalam kitab suci agama Buddha, pelacuran jelas jelas dilarang kerana tidak sesuai dengan keinginan Buddha.

b. Faktor-faktor pendukung perilaku seks pada remaja
Pekerja seks komersial kebanyakan terjadi pada remaja yang diawali dengan terjadinya pergaulan kearah seks bebas. Dimana menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan seks adalah sebagai berikut:

1)       Tekanan yang datang dari teman pergaulannya
Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks. Bagi remaja tersebut tekanan dari teman-teman nya itu dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari pacarnya sendiri.

2)      Adanya tekanan dari pacar
Karena kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapinya.Dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya orang dewasa.

3) Rasa penasaran
Pada usia remaja, keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya infomasi yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Faktor lainnya datang dari lingkungan keluarga.Bagi seorang remaja mungkin aturan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (orang tua dan anak), akibatnya remaja tersebut merasa tertekan sehingga ingin membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seks.
Untuk mencegah hal-hal yang tidak di kehendaki, perlu ada perhatian dari kita bersama dengan cara memberikan informasi yang cukup mengenai pendidikan seks dan Pendidikan agama. Kalau tidak ada informasi dan pendidikan agama di khawatirkan remaja cendrung menyalah gunakan hasrat seksualnya tanpa kendali dan tanpa pencegahan sama sekali. semua menyedihkan, dan sekaligus berbahaya, hanya karena kurangnya tuntunan seksualitas yang merupakan bagian dari kemanusiaan kita sendiri.

 c. Ciri khas perempuan malam
Ada beberapa ciri khas seorang pelacur / Pekerja seks komersial:

1) Wanita, lawan pelacur adalah gigolo (pelacur pria)
2) Biasanya cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif, menarik
3) Muda
4) Pakaian mencolok, beraneka warna, eksentrik
5) Teknik seksual mekanistik, cepat, tidak hadir secara psikis
6) Mobile
7) Biasanya berasal dari strata ekonomi dan social rendah, tidak mempunyai ketrampilan khusus, berpendidikan rendah. Sedangkan pelacur kelas tinggi biasanya berpendidikan tinggi, beroperasi secara amateur atau professional.
8) 60-80 % intelektual normal
9)Mereka memperlihatkan penampilan lahiriah seperti : wajah, rambut, pakaian, alat kosmetik, parfum yang merangsang.

d. Faktor-faktor penyebab adanya perempuan malam/PSK (pekerja seks komersial):

1.       Kemiskinan
Diantara alasan penting yang melatar belakangi adalah kemiskinan yang sering bersifat structural. Struktur kebijakan tidak memihak kepada kaum yang lemah sehingga yang miskin semakin miskin, sedangkan  yang kaya semakin menumpuk harta kekayaannya.
Kebutuhan yang semakin banyak  bagi seorang perempuan dan tekanan moral dari keluarga memaksa dia untuk mencari sebuah pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan sehingga pekerjaan yang harampun jadi pilihan mereka, karena kondisi kebutuhan materi yang menuntut.
2.       Kekerasan seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan menjadi PSKdiantaranya kekerasan seksual seperti perkosaan oleh bapak kandung, paman, guru dan sebagainya.
3.      Penipuan
Faktor lain yaitu,  penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen penyalur tenaga kerja. Kasus penjualan anak perempuan oleh orangtua sendiri pun juga kerap ditemui.
4.      Pornografi
Menurut definisi Undang-undang Anti Pornografi, pornografi adalah bentuk  ekspresi visual berupa gambar, tulisan, foto, film atau yang dipersamakan dengan film, video, tayangan atau media komunikasi lainnya yang sengaja dibuat untuk memperlihatkan secara terang-terangan atau tersamar kepada public alat vital dan bagian – bagian tubuh serta gerakan-gerakan erotis yang menonjolkan sensualitas dan seksualitas, serta segala bentuk perilaku seksual dan hubungan seks manusia yang patut diduga menimbulkan rangsangan nafsu birahi pada orang lain.



BAB III
PENUTUP


3.1.Kesimpulan
           Perilaku menggepeng erat kaitannya dengan urbanisasi, dan urbanisasi erat kaitannya dengan adanya kesenjangan pembangunan wilayahpedesaan dan perkotaan. Semasih adanya kesenjangan ini maka urbanisasiakan sulit dibendung dan akan memberi peluang munculnya kegiatan sectorinformal seperti kegiatan menggepeng.Pada hakikatnya tidak ada norma social yang mengatur perilakumenggepeng. Kegiatan menggepeng umumnya dilakukan ibu-ibu yangdisertai dengan anak-anaknya. Mereka umumnya relative muda dan termasukdalam tenaga kerja yang produktif.Pendidikan keluarga gepeng pada umumnya rendah. Ini disebabkankarena susahnya masyarakat miskin dalam mengakses pendidikan, jugatermasuk karena anak usia sekolah terpaksa menggelandang dan mengemisuntuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akhirnya kebodohan dan kemiskinanpun seakan menjadi sebuah turunan pada keluarga tersebut. Adanya peran aktif dari berbagai kalangan dalam hal ini dalampengentasan kemiskinan dan juga masalah Gelandangan dan pengemis ini. 
Ada beberapa langkah yang mungkin dapat diterapkan antara lain adalahtetap menertibkan para Gelandangan-gelandangan dan Pengemis tersebutdan berusaha untuk mengembalikan ke kampung halamannya. Berikutnyaadalah mengembangkan usaha-usaha dari desa asal agar tidak terulangpermasalahan tersebut, atau dalam kata lain tidak membuat semacamketimpangan pembangunan antara kota dan desa.pemenuhan kebutuhan spiritual untuk memelihara sikap idealis yangtelah ada di masyarakat.

3.2 Saran
          Saran melihat sisi kehidupan manusia jaman sekarang semakin tak bisa di kendalikan dan semakin tahun semakin tidak stabil , oleh karna itu kita sebagai manusia harus dibentuk sejak dini untuk menjadi manusia yang selalu ingin hidup sukses dan bekerja keras jika kelak kita ingin mencapai tujuan yang kita inginkan, jangan lah kita menjadi pengemis dan perempuan malam , masih banyak pekerjaan yang lebih baik dari itu yang hasilnya cukup utnuk makan atau cukup untuk kehidupan sehari – hari , intinya jadilah manusia yang multi talent supaya kita dapat tejun langsung ketemapt yang sesuai dengan talent kita masing – masing supaya mendapatkan rejeki yang halal .





DAFTAR PUSTAKA







1 komentar:

  1. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    www.arenakartu.cc
    100% Memuaskan ^-^

    BalasHapus